Dedi Mulyadi Gubernur menunjukkan rasa empati yang mendalam dengan menjemput langsung Meilani (46), ibu dari korban penganiayaan, pada Senin (23/6/2025). Langkah ini tidak hanya sebagai bentuk perhatian pribadi, tetapi juga sebuah sinyal kuat bahwa kepedulian terhadap korban kekerasan dalam keluarga adalah tanggung jawab bersama, terutama oleh kepala daerah.
Kejadian Penganiayaan yang Menyentak Hati
Peristiwa penganiayaan ini terjadi pada Kamis, 19 Juni 2025, di rumah Meilani yang terletak di Perumahan Irigasi, Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur. Anak kandungnya yang berinisial MI (23), tanpa alasan yang jelas, melampiaskan amarahnya terhadap sang ibu.
Menurut penjelasan Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota, Komisaris Binsar Hatorangan Sianturi, kejadian bermula saat MI meminta izin kepada ibunya untuk meminjam sepeda motor tetangga. Karena ibunya merasa tidak enak terus-menerus meminjam kendaraan orang lain, ia menyarankan anaknya untuk menggunakan sepeda milik keluarga mereka. Penolakan ini ternyata memicu amarah MI, yang langsung melempar bangku ke arah sang ibu. Kemarahan itu kemudian semakin menjadi-jadi, dengan MI yang akhirnya memukul kepala ibunya menggunakan sandal dan menarik kerudung ibunya dengan kasar.
Ancaman dengan Pisau: Beruntung Tidak Terjadi yang Lebih Parah
Namun, aksi kekerasan tersebut tidak berhenti sampai di situ. MI yang semakin emosional kemudian masuk ke dalam dapur dan mengambil sebilah pisau, mengancam akan membunuh adik korban di depan mata sang ibu. Untunglah, ancaman tersebut tidak terwujud. Beberapa menit kemudian, seorang warga yang kebetulan melihat kejadian tersebut datang bersama dua petugas keamanan setempat untuk mengamankan pelaku.
Baca Juga : Klasemen F1 2019 Usai Bottas Menangi GP Australia
Petugas kemudian menemukan bahwa korban mengalami memar di bagian kepala dan pinggang. MI akhirnya ditangkap dan ditahan untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut oleh pihak kepolisian. Tindak kekerasan yang dilakukan oleh MI terhadap ibunya ini membuat banyak pihak merasa prihatin, dan menimbulkan rasa marah, terlebih karena penganiayaan tersebut dilakukan oleh anak kandung terhadap ibu yang seharusnya dihormati dan dijaga.
Respon dan Kepedulian Kepala Daerah
Menanggapi insiden tersebut, Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, mengungkapkan rasa sedih dan marah atas tindakan kekerasan yang dilakukan MI terhadap ibunya. “Saya sangat sedih dan marah sebetulnya dengan kondisi yang terjadi. Ini adalah sebuah tindakan yang tidak bisa diterima dalam keluarga mana pun,” ujarnya saat ditemui di Plaza Pemerintah Kota Bekasi.
Sebagai bentuk perhatian terhadap korban, Gubernur Dedi Mulyadi pun turun tangan langsung dengan menjemput Meilani untuk memberikan dukungan psikologis. “Saya kira itu adalah bentuk perhatian yang seharusnya diberikan oleh kepala daerah.
Mendorong Pendampingan Psikologis dan Keberanian untuk Berbicara
Lebih jauh, Tri Adhianto berharap bahwa kejadian ini bisa menjadi momentum untuk mendorong keberanian para korban kekerasan dalam rumah tangga untuk berbicara. Selain itu, ia juga mendesak agar langkah-langkah preventif untuk mencegah kekerasan dalam keluarga semakin diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini penting, agar kejadian serupa tidak terulang dan dapat tercipta lingkungan keluarga yang lebih harmonis.
Keadilan untuk Korban
Pihak kepolisian telah melakukan langkah-langkah hukum dengan menahan MI dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kasus ini diharapkan menjadi perhatian serius bagi seluruh pihak terkait, termasuk lembaga sosial dan pemerintah daerah, untuk bekerja sama dalam mencegah kekerasan rumah tangga. Pendampingan kepada korban menjadi sangat penting, terutama untuk pemulihan psikologis dan mencegah trauma lebih lanjut.
Langkah Gubernur Dedi Mulyadi yang menjemput Meilani merupakan contoh nyata dari kepedulian terhadap kesejahteraan warganya. Semoga langkah ini bisa menjadi pemicu bagi perubahan yang lebih baik dalam memperhatikan isu kekerasan rumah tangga di masyarakat
