
Pemadaman Sinyal USS Nimitz di Perairan Indonesia: Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Kehadiran kapal induk Amerika Serikat, USS Nimitz (CVN-68), di perairan Indonesia baru-baru ini menimbulkan kegelisahan dan tanda tanya. Kapal raksasa ini dilaporkan mematikan sistem pelacakan posisinya saat melintasi wilayah perairan Indonesia, yang menimbulkan spekulasi di tengah ketegangan internasional, khususnya antara Iran dan Israel.
Perjalanan USS Nimitz di Perairan Indonesia
“Meski AIS dimatikan, kami tetap memperlakukan kapal itu sesuai dengan hak lintas damai, selama kapal tersebut tidak mengancam negara,” ungkap Tunggul saat memberikan klarifikasi kepada Kompas.com pada 21 Juni 2025.
Menurut data dari Marine Vessel Traffic, sinyal terakhir USS Nimitz tercatat pada pukul 09.03 WIB, saat kapal tersebut berada di perairan antara Malaysia dan Indonesia, bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan 19 knot. Setelah itu, posisi kapal tidak lagi dapat dipantau secara publik.
Reaksi Pemerintah Indonesia
Meski pelayaran USS Nimitz di perairan Indonesia mendapat perhatian, pemerintah Indonesia tidak menganggapnya sebagai pelanggaran.
Namun, munculnya pemadaman sinyal AIS oleh USS Nimitz tetap menjadi sorotan, terutama karena sistem AIS merupakan kewajiban bagi kapal komersial untuk memantau posisi mereka. Tetapi, kapal militer memiliki pengecualian dalam hal ini.
Pandangan Pengamat Militer: Bukan Hal Baru, Tapi Waspada Tetap Diperlukan

Baca Juga : Klasemen F1 2019 Usai Bottas Menangi GP Australia
Namun, Khairul juga menyoroti bahwa pemadaman AIS justru menjadi titik perhatian utama.
Kaitan dengan Ketegangan di Timur Tengah
Selain itu, pelayaran USS Nimitz di perairan Indonesia juga dianggap penting mengingat ketegangan yang tengah terjadi di kawasan Teluk Persia, khususnya antara Iran dan Israel. Diketahui bahwa Amerika Serikat memiliki kepentingan yang besar di wilayah ini dan sering kali menggunakan kapal induk sebagai
Kesimpulan: Kehadiran Kapal Induk AS di Wilayah Indonesia
Indonesia, sebagai negara dengan posisi strategis di kawasan Asia Tenggara, tetap harus mengawasi perkembangan
konflik yang lebih besar. Indonesia, sebagai negara dengan posisi strategis perkembangan
