Trump Ancam Tindakan Militer, Israel Pangkas Bantuan ke Gaza — Situasi Gencatan Senjata Kian Memburuk
Info Marabahan- Situasi di Jalur Gaza kembali memanas. Gencatan senjata yang baru saja dirayakan dunia kini berada di ujung tanduk. Ketegangan meningkat tajam pada Selasa (14/10/2025) setelah Israel memangkas setengah bantuan kemanusiaan yang seharusnya masuk ke wilayah Gaza, dan Donald Trump — Presiden Amerika Serikat — mengeluarkan ancaman keras kepada Hamas.
Trump menegaskan, jika Hamas tidak segera melucuti senjatanya, maka AS akan “melucuti mereka dengan kekerasan”. Ancaman ini menjadi sinyal kuat bahwa konflik di Gaza bisa kembali meledak dalam waktu dekat.
Gencatan Senjata Rapuh di Tengah Tekanan Politik
Kurang dari 24 jam sebelumnya, Trump sempat mengklaim kemenangan diplomatiknya saat mengunjungi Timur Tengah. Dalam kunjungan itu, ia berpidato di Knesset dan menjadi tuan rumah pertemuan puncak di Sharm el-Sheikh, Mesir — sebuah pertemuan penuh simbol diplomasi dan sorotan dunia.
Namun euforia tersebut tidak bertahan lama. Dalam pernyataan dari Gedung Putih, Trump mengungkapkan kekecewaannya karena Hamas kembali memperlihatkan kekuatan bersenjata di Gaza. “Jika mereka tidak melucuti senjata, kami akan melucuti mereka. Cepat. Dan mungkin dengan kekerasan,” tegasnya.
Trump juga mengaku telah mengirim pesan langsung — melalui perantara tingkat tinggi — kepada pimpinan Hamas. Ia menyebut mereka berjanji akan melucuti senjata, meski hingga kini tak ada tanda-tanda kepatuhan. Menurut laporan Middle East Eye, menantunya Jared Kushner dan utusan Steve Witkoff bahkan sempat bertemu langsung dengan pejabat politik senior Hamas.
:quality(80)/https://cdn-dam.kompas.id/images/2025/02/07/90ebafa19cf23c51434e3788393f140e-cropped_image.png)
Baca Juga : Kecelakaan di Marabahan: Motor vs Minibus, Korban Alami Luka Berat
Israel Perketat Blokade, Bantuan ke Gaza Dipangkas
Di saat yang hampir bersamaan, Israel mengumumkan langkah tegas: hanya separuh dari jumlah bantuan kemanusiaan yang dijanjikan akan diizinkan masuk ke Gaza. Perlintasan perbatasan Rafah pun tetap ditutup hingga Rabu, memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah yang sudah porak poranda akibat perang.
Israel juga melarang masuknya bahan bakar dan gas, kecuali untuk keperluan “infrastruktur kemanusiaan”. Langkah ini bertolak belakang dengan perjanjian gencatan senjata, yang seharusnya memperluas jalur bantuan makanan dan medis melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Israel menuding Hamas belum memenuhi janji mengembalikan jenazah tawanan sebagai bagian dari kesepakatan damai. Di sisi lain, Israel sendiri telah melancarkan serangan udara yang menewaskan tujuh warga Palestina pada hari Selasa — pelanggaran serius terhadap kesepakatan yang baru diteken.
Hamas: “Kami Tetap Komitmen Pulangkan Jenazah”
Seorang pejabat senior Hamas mengatakan, pihaknya tidak berniat melanggar perjanjian. Ia menyebut keterlambatan pemulangan jenazah tawanan disebabkan oleh dampak luas serangan Israel. “Skala penghancuran sangat besar. Geografi wilayah telah berubah, membuat proses pencarian jenazah menjadi sangat sulit,” ujarnya.
Meski begitu, Hamas menyatakan tetap berkomitmen penuh untuk mengembalikan seluruh jenazah tawanan. Senin lalu, Hamas membebaskan 20 tawanan hidup dan menyerahkan 4 jenazah tawanan. Total 28 tawanan yang tewas akan dikembalikan sesuai kesepakatan.
Namun langkah tersebut belum cukup meredakan ketegangan. Israel bersikukuh Hamas harus lebih cepat memenuhi poin kesepakatan, sementara Hamas menilai Israel tidak bertindak dengan itikad baik.
Dunia Internasional Serukan Akses Bantuan Kemanusiaan
Situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk. Ribuan warga kini terjebak tanpa pasokan pangan, air bersih, dan obat-obatan. Perserikatan Bangsa-Bangsa kembali mendesak Israel untuk segera membuka perlintasan Rafah sepenuhnya.
“Kita perlu semua penyeberangan dibuka. Semakin lama Rafah ditutup, semakin panjang penderitaan warga Gaza,” kata juru bicara PBB, Ricardo Pires.
PBB memperingatkan, penutupan perbatasan dan pembatasan bahan bakar dapat mengakibatkan lumpuhnya rumah sakit, stasiun air, dan fasilitas vital lainnya. Kondisi ini dinilai sebagai “bom waktu kemanusiaan” yang bisa memperburuk konflik bersenjata.
Ancaman Baru di Tengah Gencatan Senjata Rapuh
Ancaman Trump, kebijakan Israel, dan tekanan situasi di lapangan menjadikan gencatan senjata Gaza semakin rapuh. Jika kondisi ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin pertempuran akan kembali meledak dalam waktu dekat.
Rencana pelucutan senjata Hamas merupakan satu dari 20 poin rencana perdamaian Trump. Namun hingga kini, tidak ada kejelasan tenggat waktu atau mekanisme penarikan pasukan Israel dari Gaza.
Sementara itu, ribuan warga sipil Gaza terus menanggung dampak konflik berkepanjangan: kelaparan, kehilangan tempat tinggal, dan trauma perang. Dunia kini menanti apakah diplomasi akan kembali bekerja — atau senjata kembali bicara.
















