Manuel Noriega: Dari Penguasa Panama ke Tahanan Dunia
Info Marabahan- Nama Manuel Noriega pernah mengguncang dunia internasional. Ia bukan hanya dikenal sebagai seorang pemimpin militer Panama, tetapi juga sebagai salah satu tokoh paling kontroversial di Amerika Latin pada paruh akhir abad ke-20. Perjalanan hidupnya mencerminkan lika-liku politik, kekuasaan, dan kejatuhan dramatis seorang diktator.
Lahir pada tahun 1934 di Panama City, Noriega tumbuh dalam keluarga sederhana. Namun, tekad kuat dan kecerdikannya membawanya ke akademi militer. Dari sinilah langkah besar hidupnya dimulai — dari seorang perwira militer biasa menjadi salah satu orang paling berkuasa di negaranya.
Awal Karier dan Hubungan dengan Amerika Serikat
Karier militer Noriega menanjak pesat berkat kemampuannya membangun jaringan politik dan militer yang kuat. Pada 1960-an dan 1970-an, ia menjadi sosok penting dalam struktur intelijen militer Panama. Saat itu, Amerika Serikat menjalin hubungan dekat dengannya, terutama karena peran strategis Terusan Panama.
Noriega bahkan pernah bekerja sama dengan badan intelijen Central Intelligence Agency (CIA). Ia dianggap sebagai sekutu penting dalam menjaga kepentingan AS di kawasan Amerika Tengah yang saat itu tengah dilanda ketegangan Perang Dingin.
Namun, di balik hubungan itu, Noriega juga membangun kekuatan politik pribadinya. Ia memperluas kontrol terhadap militer dan intelijen nasional, mengamankan posisinya di lingkaran kekuasaan.

Baca Juga : Yai Mim Laporkan Dugaan Penistaan Agama dan Persekusi ke Polisi, Konflik Joyogrand Memanas Lagi
Naik ke Puncak Kekuasaan
Pada awal 1980-an, Noriega berhasil menguasai pemerintahan de facto Panama. Meskipun tidak selalu memegang jabatan presiden secara resmi, ia menjadi penguasa sesungguhnya di balik layar.
Pemerintahannya ditandai oleh kontrol ketat terhadap media, represi terhadap oposisi, dan dugaan keterlibatan dalam perdagangan narkoba. Di mata rakyat, Noriega menjadi sosok yang menakutkan sekaligus simbol kekuasaan absolut.
Hubungan Retak dengan Amerika
Hubungan mesra Noriega dengan Amerika Serikat tidak berlangsung lama. Washington mulai menuduhnya terlibat dalam penyelundupan narkoba dalam skala besar, khususnya sebagai sekutu kartel narkoba Kolombia.
Tuduhan ini menjadi titik balik dramatis. Amerika Serikat berbalik menyerangnya, dan pada tahun 1989 meluncurkan Operation Just Cause, invasi militer besar-besaran ke Panama. Dalam waktu singkat, Noriega kehilangan kekuasaan yang ia bangun selama puluhan tahun.
Penangkapan dan Masa Tahanan
Setelah berhari-hari bersembunyi di Kedutaan Vatikan, Noriega akhirnya menyerahkan diri kepada pasukan Amerika Serikat. Ia kemudian diadili di Miami atas tuduhan perdagangan narkoba, pencucian uang, dan kejahatan lainnya.
Pada 1992, Noriega dijatuhi hukuman 40 tahun penjara di Amerika Serikat. Setelah menjalani hukuman di AS, ia sempat diekstradisi ke Prancis dan kemudian kembali ke Panama untuk menghadapi berbagai dakwaan lain.
Masa tuanya dihabiskan dalam penjara, jauh dari kemewahan dan kekuasaan yang dulu ia nikmati. Noriega meninggal dunia pada 29 Mei 2017, dalam usia 83 tahun.
Warisan Kontroversial
Warisan Noriega bagi Panama sangat kompleks. Di satu sisi, ia dikenang sebagai diktator yang memerintah dengan tangan besi, melanggar hak asasi manusia, dan terlibat dalam berbagai kejahatan. Di sisi lain, kisah hidupnya menjadi pelajaran penting tentang bagaimana kekuasaan absolut dapat runtuh dalam sekejap.
Bagi Panama, era Noriega meninggalkan luka mendalam, tetapi juga menjadi titik awal bagi reformasi politik dan demokrasi yang lebih terbuka. Banyak generasi muda Panama kini memandang masa itu sebagai bab kelam dalam sejarah negara mereka.
Penutup
Perjalanan hidup Manuel Noriega adalah kisah tentang kekuasaan, konspirasi, dan kejatuhan. Dari sekutu kuat Amerika menjadi musuh bebuyutan Washington, dari penguasa Panama menjadi tahanan internasional.
















